Siapa pun yang akan datang ke Makkah dan Madinah pasti mendarat dulu di airport King Abdul Azis, Jeddah. Airport ini sangat besar, dengan arsitektur yang unik. Atapnya berbentuk tenda-tenda raksasa, yang bisa dibuka dan ditutup secara hidrolik. Saya tiga kali datang dan tiga kali pergi (1993, 2004, 2007) melalui airport ini, tapi rasanya selalu saja melalui pintu yang berbeda-beda.
Jeddah adalah kota perdagangan internasional yang besar dan modern. Di kota ini bermukin berbagai bangsa, muslim maupun non muslim. Jarak Jeddah – Makkah bisa ditempuh dengan mobil sekitar 2 jam. Di perbatasan kota Makkah, kita akan melewati pintu gerbang yang sangat besar, berbentuk Al Qur’an terbuka.
Pintu gerbang masuk ke kota Makkah, di atas jalan tol yang sangat lebar :

Kota Makkah terletak di atas bukit-bukit batu (betul-betul batu, bukan tanah). Konturnya naik turun, dan hampir semua bangunan berupa gedung bertingkat. Banyak gedung-gedung modern, tetapi bangunan lama pun masih bisa kita jumpai di segenap sudut kota. Di tengah kota Makkah, berdirilah masjid terbesar di dunia, Masjidil Haram, dengan Ka’bah yang menjadi kiblat seluruh umat Islam di dunia ketika menjalankan sholat. Masjid ini terdiri atas 4 lantai, mampu menampung 2 juta jamaah, dan masih terus diperluas. Bisa dibayangkan seberapa besar masjid paling utama di dunia ini. Jika berada di dalamnya, kita tidak bisa melihat tepi-tepi masjid, saking besarnya masjid ini.
Masjidil Haram di waktu malam. Sekeliling Ka’bah penuh dipadati oleh umat yang sedang melaksanakan sholat:

Ka’bah yang berupa bangunan kubus dari batu selalu ditutup dengan kiswah, kain beludru hitam dengan kaligrafi ayat Al Qur’an berwarna kuning emas. Dulu kiswah ini dibuat dengan tangan oleh para pengrajin di Cairo, Mesir, namun sekarang sudah dibuat juga di Arab Saudi. Kiswah diganti setiap satu tahun sekali. Kiswah yang lama dipotong kecil-kecil, dan dibagikan sebagai tanda mata yang sangat berharga.
Para pengrajin penyulam kaligrafi kiswah, semuanya laki-laki:

Bangunan Masjidil Haram sangat indah. Batu pualam terbaik didatangkan dari Italia dan dari seluruh penjuru dunia untuk membangun masjid ini. Orang tidak diperbolehkan memotret di dalam masjid, tetapi selalu ada saja yang berhasil memotret diam-diam, tanpa ketahuan petugas. Saya, meskipun sangat ingin memotret keindahan masjid ini, tak pernah berani membawa kamera masuk ke dalam masjid. Suatu ketika, di depan pintu masjid, saya berkata kepada teman sesama jamaah, “Disini pemeriksaan nggak seketat di Masjid Nabawi ya. Besok bawa kamera ah …”.
Belum lagi bibir saya terkatub, mendadak sontak, entah dari mana munculnya, di depan saya telah berdiri petugas wanita dengan badan sebesar gardu ronda, berpakaian hitam-hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki, hanya memperlihatkan kedua matanya saja. Ia langsung menunjuk tas yang saya bawa untuk dibuka dan diperiksanya.
Saya terhenyak, saling pandang dengan teman saya. Padahal berhari-hari sebelumnya, puluhan kali saya masuk ke masjid, tidak pernah ada pemeriksaan. Astaghfirullah. Memang tidak boleh bicara sembarangan di Tanah Suci ini …
Pelataran Masjidil Haram sangat luas, dan akan penuh jamaah pada musim haji:

Sebuah bangunan tua di Makkah, dengan jendela-jendela kayunya yang khas
Mata pencaharian penduduk Makkah adalah berdagang dan menyewakan rumah untuk pondokan jamaah haji. Penghasilan yang mereka peroleh selama musim haji yang berlangsung sekitar dua bulan, cukup untuk menghidupi mereka selama setahun. Di samping itu, sepanjang tahun jamaah umrah tak pernah berhenti berdatangan, sehingga penghasilan penduduk Makkah dan Madinah serta devisa yang masuk ke Arab Saudi dari haji dan umrah ini memang sangat besar.
Salah 1 tempat yg selalu dikunjungi orang jika datang ke Makkah adlh Jabal Rahmah yang terletak di Padang Arafah. Padang Arafah adalah tempat jamaah haji melakukan wukuf, puncak dari ibadah haji. Menurut kisah, di Jabal Rahmah inilah Adam dan Hawa bertemu, setelah keduanya terusir dari surga karena memakan buah terlarang, dan diturunkan Allah ke muka bumi. Di bukit ini banyak orang yang ingin mendapatkan jodoh memanjatkan doa agar segera dipertemukan dengan pasangan hidupnya.
Jabal Rahmah dengan tugu di puncaknya. Banyak orang berdoa di bukit ini, memohon dipertemukan dengan jodohnya:

Di sekitar Jabal Rahmah banyak disewakan onta untuk berfoto. Onta-onta itu dihias bunga sedemikian rupa, hingga tampak seperti gundukan bunga berjalan. Tentu saja acara naik onta dan berfoto ria ini hanya mungkin dilakukan di luar puncak acara haji (wukuf), sebab pada saat wukuf, Arafah dipadati sekitar 2,5 juta jamaah, sehingga tidak mungkin lah ada kesempatan untuk bernarsis ria.
Dengan membayar 10 riyal, saya naik ke salah satu onta. Karena onta itu cukup tinggi, maka si pemilik menyuruh onta itu mendekam, baru saya bisa naik. Begitu onta itu berdiri dan mulai berjalan, huaaaa ….. saya takut setengah mati. Ternyata duduk di punggung onta itu cukup tinggi, dan ketika onta berjalan, goyangannya begitu keras sehingga saya mencengkeram erat-erat tali pegangan di punggung onta. Niat berfoto manis pun nggak kesampaian. Gimana mau manis, wong saya ketakutan sampai susah tersenyum … heheh
Waduh, difoto bukannya senyum kok malah mau nangis … hehehe:

Oke, dari Makkah sekarang kita menuju ke Madinah. Jarak dari Makkah ke Madinah cukup jauh, sekitar 600 km. Di Madinah ada lapangan terbang, tetapi hanya dipakai oleh pesawat kerajaan Arab Saudi dan pesawat-pesawat khusus. Orang biasanya menempuh perjalanan darat untuk pergi ke Madinah, baik dari Jeddah maupun dari Makkah. Nah, di sepanjang perjalanan inilah kita bisa melihat betapa gersangnya alam Arab Saudi. Sepanjang perjalanan yang terlihat hanya padang batu berbongkah-bongkah. Panas dan gersang. Di beberapa tempat terdapat pepohonan, tetapi semuanya tampak kering dan meranggas. Hanya pada musim hujan, yang sangat jarang datang, pohon-pohon itu berdaun.
Kota Madinah lebih sejuk dibanding Makkah. Penataan kota juga sudah cukup bagus. Banyak pohon ditanam di tepi-tepi jalan, sehingga pemandangan hijau segar tampak dimana-mana. Penduduk kota ini pun lebih ramah, lebih santun dan lebih terpelajar dibanding penduduk kota Makkah. Wanitanya cantik-cantik dan berkulit putih bersih. Di Madinah ini Nabi Muhammad SAW bermukim (setelah hijrah dari Makkah) hingga wafat. Oleh karena itu Madinah sering disebut juga sebagai Kota Nabi.
Gadis kecil yang malu-malu ini saya foto di depan Masjid Nabawi:

Pohon kurma ditanam di sepanjang jalan di kotaMadinah:


Al-Dar Hospital yang besar dan modern di kota Madinah:

Mihrab tempat Nabi Muhammad SAW dahulu menyampaikankhotbah:

Makam Nabi Muhammad SAW. Orang hanya diijinkan berdoa di depan pintu makam ini:

Kurma adalah salah satu makanan khas negeri Arab. Di Madinah, kita bisa pergi ke kebun kurma, memetik langsung dari pohonnya, atau membeli berbagai macam kurma, kismis, zaitun, pir, dan berbagai manisan buah lain. Di sini, pengunjung boleh makan sepuas-puasnya di tempat, baik kurma yang masih ada di pohon maupun segala macam manisan dan kurma yang sudah disajikan di kotak-kotak besar, tetapi harus membayar untuk yang dibawa pulang (ya iyalah …. ). Pada batang pohon kurma itu ditempelkan tulisan “Silahkan Memetik Buah Kurma”, dalam bahasa Indonesia! Agaknya ini mencerminkan betapa banyaknya orang Indonesia yang berbelanja di sini, hingga pemilik kebun merasa perlu untuk memberikan pelayanan khusus …
Meskipun pohonnya rendah, agak susah juga untuk memetik kurma langsung dari pohonnya …:

Nah, kalau di Indonesia ada balap kuda, balap sapi, balap kambing, sampai balap karung olah raga tradisional di Arab Saudi adalah balap onta. Balab onta ini diadakan untuk memperebutkan piala dari Raja, dan diikuti oleh ratusan onta yang dikendalikan oleh jokinya. Seru? Tentu saja seru sekali, karena onta-onta itu berderap kencang sambil mengeluarkan suaranya yang keras oak!
Balap onta untuk memperebutkan piala Raja, dilaksanakan di luar kota Riyadh, ibukota Arab Saudi:

0 komentar:
Posting Komentar